Alur sungai alamiah yang lurus jarang dijumpai, kecuali pada jarak-jarak pendek. Umumnya alur sungai membentuk belokan yang morfologinya sangat dipengaruhi oleh karakteristik aliran. Debit aliran umumnya sangat berpengaruh dalam membentuk pola alur sungai, demikian juga kemiringan dasar sungai maupun kondisi geologi di alur sungai. Aliran sungai yang berfluktuasi sepanjang tahun membentuk morfologi dasar dan tebing sungai yang menuju ke kondisi equilibrium. Oleh timbunan dan erosi di tebing dan dasar, terbentuk alur yang dalam (thalweg), yang umumnya tidak lurus. Morfologi belokan sungai yang equilibrium, dijumpai hubungan yang khas antara panjang belokan, lebar sungai dan jari-jari kelengkungan belokan.
Hubungan yang khas pada karakteristik belokan sungai tersebut dalam studi ini dikaji dengan menggunakan peta-peta baik berupa peta RBI maupun peta digital serta menggunakan foto udara dari Google Earth. Disamping itu kajian morfologi sungai juga didasarkan pada foto udara yang di lakukan dengan menggunakan Unmanned Automatic Vehicle (UAV) yang dilakukan pada alur sungai sepanjang 3000 m. Berdasarkan peta-peta tersebut, dikaji beberapa belokan sungai yang ada, dengan mengukur jari-jari kelengkungan belokan sungai, panjang dan lebar alur sungai di belokan, serta kemiringan dasar sungai di ruas belokan sungai.
Hasil kajian menunjukkan panjang kelengkungan belokan sungai mempunyai nilai yang cenderung menurun pada ruas sungai yang semakin curam. Hal ini menunjukkan bahwa sungai yang berada pada kemiringan dasar curam, komponen kecepatan longitudinal berperan dominan dibandingkan kecepatan transversal, sehingga aliran helikoidal terbentuk lemah. Dikaji juga hubungan antara sinuosity dan kemiringan dasar, dimana semakin besar kemiringan dasar sungai memberikan alur sungai yang semakin lurus, dengan sinuosity mendekati nilai 1. Secara teoritis dengan menggunakan formulasi empiris dari Rozovskii, dengan semakin kecil jari-jari kelengkungan belokan akan membangkitkan kecepatan transversal yang semakin kuat. Semakin kuatnya kecepatan transversal berdampak pada membesarnya kemampuan aliran mengikis dasar dan tebing sungai. Hal ini menimbulkan dinamika morfologi sungai yang terus berubah dengan meningkatnya nilai kelengkungan belokan sungai, sehingga dimungkinkan potensi terputusnya belokan sungai dari alur sungai utama ( terbentuknya oxbow).